PANTAUNEWS – Hari Buruh Internasional bukan sekadar seremoni tahunan yang diperingati dengan orasi dan unjuk rasa. Ini adalah momen reflektif bagi kita semua pekerja, pengusaha, dan pemerintah tiga pilar penting dalam bangunan besar bernama perekonomian nasional.
Di tengah kompleksitas dunia kerja, ada satu hal mendasar yang harus selalu kita jaga: kolaborasi. Ketiganya pekerja, pengusaha, dan pemerintah tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Seperti roda gigi dalam mesin, jika satu saja macet, seluruh sistem akan terganggu.
Pekerja adalah ujung tombak produktivitas. Mereka datang dengan harapan: hidup layak, pekerjaan yang manusiawi, dan upah yang adil. Tapi harapan itu harus dibarengi dengan etos kerja tinggi, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Bekerja asal-asalan, namun menuntut upah tinggi, adalah bentuk ketimpangan moral yang tak kalah merugikan.
Pengusaha, di sisi lain, adalah motor penggerak ekonomi. Mereka menanamkan modal, membuka lapangan kerja, dan mengambil risiko besar. Namun, tanggung jawab sosial mereka terhadap pekerja tak bisa diabaikan. Memeras tenaga pekerja, menahan upah, dan mengabaikan hak-hak dasar demi laba, adalah bentuk ketidakadilan yang bisa memicu krisis sosial.
Pemerintah adalah penyeimbang. Di tangannya regulasi diciptakan. Ia bukan sekadar penonton, melainkan wasit yang menjamin permainan berlangsung adil. Peraturan haruslah berpihak pada keadilan, bukan hanya pada satu kepentingan. Ketika pemerintah berat sebelah terlalu memanjakan salah satu pihak maka yang lahir adalah ketimpangan, dan ujungnya: konflik.
Kita sudah terlalu sering menyaksikan ledakan-ledakan kecil demo, mogok kerja, dan pemutusan hubungan kerja yang pada dasarnya adalah tanda dari keretakan kolaborasi ini. Jika terus dibiarkan, bom waktu itu bisa meledak dan merobek stabilitas ekonomi bangsa.
Di Hari Buruh Internasional ini, marilah kita belajar dari sejarah. Upah minimum, jam kerja yang manusiawi, dan perlindungan hak-hak buruh, tidak diberikan cuma-cuma. Itu hasil dari darah, keringat, dan air mata perjuangan para buruh masa lalu. Mereka layak dikenang, dan perjuangan mereka harus kita lanjutkan dengan cara yang lebih bijak dan beradab.
Pekerja, mari bekerja dengan integritas.
Pengusaha, mari berusaha dengan empati.
Pemerintah, mari memimpin dengan keadilan.
Karena hanya dengan kolaborasi yang harmonis, cita-cita ekonomi bangsa yang maju dan sejahtera bisa benar-benar terwujud.
Reporter: Jauhari
Editor: Joe