PANTAUNEWS – Aktivis senior dan praktisi hukum, H. Elyasa Budianto, S.H., kembali melontarkan kritik tajam terhadap tren penggunaan karangan bunga pada berbagai acara seremonial, termasuk pelantikan Bupati dan Wakil Bupati.
Menurut Elyasa, karangan bunga hanya menjadi simbol kosong yang tak memberikan dampak signifikan pada pembangunan daerah.
“Euforia seperti ini hanya memperlihatkan sisi seremonial, sementara yang lebih penting adalah bagaimana program kerja yang dijalankan berdampak nyata bagi masyarakat,” ujar Elyasa melalui sambungan WhatsApp, Kamis 20 Februari 2025.
Dia mengingatkan, pada konteks Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 yang menekankan pentingnya efisiensi, perhatian seharusnya dialihkan pada program kerja yang berbasis hasil nyata, bukan hanya pada aspek perayaan.
Elyasa juga menyoroti contoh buruk yang terjadi pada program-program sebelumnya yang berakhir dengan kegagalan dan pemborosan anggaran.
“Jangan sampai apa yang dilakukan Bupati Aep dan Maslani malah berakhir dengan ‘Karawang Gelap’,” kata Elyasa, merujuk pada insiden serupa yang pernah terjadi di Jakarta dan daerah lain.
Lebih lanjut, Elyasa mengkritik kondisi infrastruktur, khususnya Jalan Cilamaya yang rusak parah, yang menurutnya harusnya menjadi prioritas utama pemerintah daerah.
Selain itu, Elyasa juga menyoroti alokasi Corporate Social Responsibility (CSR) yang dianggap tidak tepat sasaran, dengan dana dialihkan ke proyek yang tidak mendesak, seperti di Tuparev Juanda dan Dewi Sartika.
“Ini merupakan contoh nyata dari pemborosan anggaran dan ketidaktepatan dalam perencanaan pembangunan,” tegasnya.
Sementara itu, syukuran pada pelantikan Bupati dan Wakil Bupati yang menghabiskan anggaran untuk karangan bunga juga menjadi sorotan Elyasa. Menurutnya, tindakan ini tidak memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.
“Bupati dan Wakil Bupati tidak akan melihat karangan bunga itu. Yang lebih penting adalah mereka bekerja dengan baik dan berpihak pada masyarakat,” ujarnya.
Tak hanya soal infrastruktur, Elyasa juga mengkritik sektor pendidikan di Karawang. Isu terkait pemotongan dana di sekolah-sekolah yang diduga mencurigakan juga mendapat perhatian khusus dari Elyasa.
Ia mendesak Bupati untuk segera menanggapi dan menyelesaikan masalah tersebut.
“Jangan biarkan kepala sekolah membisniskan pendidikan. Makanan siang gratis yang disajikan di sekolah tidak penting. Yang lebih penting adalah menyediakan pendidikan yang berkualitas dengan fasilitas yang memadai,” tandas Elyasa.
Elyasa menegaskan bahwa pemerintah daerah harus lebih fokus pada pembenahan sektor-sektor yang benar-benar membutuhkan perhatian serius, daripada terjebak dalam kegiatan seremonial tanpa dampak nyata.
“Kita harus melakukan program yang memberikan dampak langsung kepada masyarakat, bukan sekadar acara euforia,” tutup Elyasa.
Reporter: Eh/Jauhari
Editor: Joe